versi dialog:
Sebuah
kanvas terbentang, bersama kuas dan cat lukis yang tersusun rapi di hadapannya.
Secangkir kopi pun ikut bersanding dengan warna-warni cat yang menyemarakkan mata. Setelah menentukan titik
fokus, ia mulai menggoreskan kuasnya. Membentuk garis-garis yang tak
dihubungkannya secara langsung. Air wajahnya tenang, meski dalam hatinya, ombak
mengamuk.
“Kau
harus jadi seperti...