Bagaimana
rasanya abadi?
Saya
penasaran, apa hidupmu menyenangkan, seperti janji-janji baik baru terdengar?
Ada banyak manusia yang seringkali menjadikanmu bumbu penyedap. Kau akan ada di
urutan terakhir sebuah kalimat, entah itu pernyataan dari hati, atau sekadar
basa-basi. Sepengetahuan saya, berkat namamu jugalah sebagian wanita merasa
tinggi. Di awang-awang. Melangit.
Tapi
saya tak tahu, bagaimana kau menanggapi itu. Apa kau gembira, apa kau melangit
juga? Membawa-bawa kau, menurut saya terlalu berat. Bukan berarti takut pada
esok, saya hanya tak mau ada yang terjun bebas dengan memunggungi langit. Itu
cara jatuh yang sakit. Kata-kata, punya kekuatan tak terbatas. Ia bisa bikin
hancur negara, apalagi sebuah hati.
Saya
mengamini salah satu lirik Iwan Fals, “…ku
tak sanggup berjanji, hanya mampu katakan, aku cinta kau saat ini…” Itu,
justru terdengar lebih puitis menurut saya, bagaimana denganmu, Selamanya?
Mungkin
kau mengharap surat yang lebih panjang, sebagaimana makna namamu, tapi
sayangnya, dari beberapa mulut yang saya tangkap, Selamanya, justru lebih
sering menjadi singkat.
Sebelumnya,
mohon maaf, saya pikir, kau tak benar-benar abadi. Sebagaimana api tak membakar
Ibrahim, seperti mendung tak berarti hujan. Jika saya salah, tolong jangan
disumpah. Saya percaya kekuatan kata-kata, tapi tidak untuk Selamanya.
Atau,
mungkin kau bukan untuk diucap?
Baru mampir udah suka sama tulisannya :)
ReplyDeleteKalau gitu sering mampir!
ReplyDeletehahahaa