Sekarang
kau tak bisa lagi menghindar. Ia sudah berada tepat di hadapanmu. Semua
gerak-gerikmu dalam penglihatannya. Bahkan, jika sehelai bulu hidung kesayanganmu
mendadak offside keluar goanya pun,
ia pasti tahu. Kau sudah tak mungkin ke mana-mana.
Alasan
kedatangannya hanya untuk satu hal. Selalu itu, sejak dua tahun lalu; perkara
janji yang urung kau tepati. Kau bisa memandang dari sorot matanya yang penuh
harap. Seperti seorang bocah yang melihat coklat di tangan ibunya. Apa kau
ingin membunuhnya lagi? Bibir yang ada di hadapanmu memang tak pernah
mengatakan apa yang ia inginkan. Tapi dalam hatinya, suara itu lantang.
Tentu
kau ingat, sebuah pesan singkat dari seorang wanita yang akhirnya membuat orang
di hadapanmu kembali datang.
“Memang lebih baik jika kau tak
hadir. Aku tak ingin dicekoki pertanyaan-pertanyaan tentang dirimu yang pasti
membuatku malu.”
Ia
merasakannya, sama sepertimu. Apa kau ingin
membunuhnya lagi?
Ia
menunduk saat kau menunduk. Ia tak sedikit pun memejamkan matanya saat kau
menatapnya tajam. Ia menantangmu. Sekali lagi.
“Cepat
sarjana!” katanya.
Kau
bergeming.
“Urus
skripsimu!” seru kalian kompak.
280515; 08:23 AM
ReplyDelete