Thursday 14 February 2013

Akun Rindu

Standard



Yang tak tampak, seringkali mengganjal di dada. Jika harus aku wakilkan dengan kata, ia terbiasa aku kenal sebagai rindu. Sapamu di linimasa saat kamu baru terbangun dari lelap, sambil menguap mencari keypad yang kemudian kamu tatap, lebih aku kenal sebagai pagi, ketimbang matahari ataupun kokokan ayam bernyanyi.

Kalimat singkat namun khasiatnya melebihi obat. Mujarab, mengaliri pembuluh darah, memompa jantung dengan cepat, menguatkan hati, melangkahkan kaki bersama senyum sepanjang hari.

Senada, menjalankan alur cerita meski tanpa hesteg ataupun mention nama. Kita pernah melakukannya, dan sempurna. Bila ada yang mengecap kita norak, wajar saja. Setiap orang  akan menjadi norak pada waktunya. Seperti halnya kita, ketika sama-sama jatuh cinta. Kita ? Kamu aja tuh sama pacar kamu. Iya, maksudnya aku. :D

Aku tahu kamu pencemburu, kamu juga tahu bagaimana aku. Seringnya memang khayalku terlalu tinggi. Kamu lihat sendirikan bagaimana aku bercanda dengan bulan dan matahari ?

Khayalku yang tinggi memang kadang buatmu risau. Seperti dalam twit sepik, yang begitu apik bermain dalam cemburu, mengobrak-abrik rasa percayamu hingga menampik kata-kataku kalau itu semua tentang kamu. Atau sajak-sajak yang aku paksakan untuk puitis itu, terlalu membebani pikirmu untuk menjawab pertanyaan mereka yang merasa paling tahu tentang aku ketimbang kamu. Atau twit kecurigaanku terlalu bodoh hingga aku salah karena pernah curiga kita berjodoh.

Tapi, apa aku tak pernah membuatmu tersenyum, bahkan bahagia dengan apa yang kamu baca di linimasa ? Apa aku tak mengakrabkanmu pada Tuhan selain di atas sajadah karena senyum itu ibadah ?

Aku meminta maaf jika kicau linimasaku membuat pikirmu kacau. Beginilah aku dengan segala kelebihanku, karena kekuranganku telah tertutupi kamu.

Aku merindu sapa, aku merindu kamu di linimasa, aku rindu membuat mereka iri pada kita, aku rindu @RiriJendol dalam twiternya.

1 comment: