Wednesday, 24 December 2014

Patah Hati adalah Cara Terbaik untuk Hidup Kembali

Standard
Hatinya patah lagi. Entah masih berbentuk atau tidak kali ini. Yang jelas, di sini ia kembali meratap. Aku tidak asal menebak. Aku tahu kisah-kisahnya berawal. Aku tahu bagaimana kisah-kisahnya berakhir. Dan, datanglah ia menemuiku. Meminjam pundak, bersiap mendongeng hikayat. “Aku tak tahu ia sebrengsek itu.” Kau juga tak tahu aku secinta ini. Kalimat itu lantang dalam hati. Hati yang tak...

Wednesday, 3 December 2014

Hutang dan Kenangan

Standard
Saya baru saja selesai menyaksikan Mocking Jay bersama pacar dan merasa masih memiliki hutang. Jika kau berpikir menikmati film ini sekarang adalah sebuah keterlambatan, saya pun mengiyakan. Sepuluh hari lalu, saat masih di Pontianak, kami merencanakan kencan terjauh ini. Saya melanglang jauh sampai...

Sunday, 23 November 2014

Pada Sebuah Cermin

Standard
Sekarang kau tak bisa lagi menghindar. Ia sudah berada tepat di hadapanmu. Semua gerak-gerikmu dalam penglihatannya. Bahkan, jika sehelai bulu hidung kesayanganmu mendadak offside keluar goanya pun, ia pasti tahu. Kau sudah tak mungkin ke mana-mana. Alasan kedatangannya hanya untuk satu hal. Selalu itu, sejak dua tahun lalu; perkara janji yang urung kau tepati. Kau bisa memandang dari sorot matanya...

Sunday, 16 November 2014

Menunggu

Standard
Aku baru saja keluar. Di dalam, air bah tumpah dari ceruk mata empat kepala. Sesuatu yang aneh bin langka. Biasanya, keluarga pasien yang akan melakukannya. Entah kenapa kini mereka yang justru ambil bagian. Dua orang dokter saling memeluk sambil sesenggukan. Erat sekali. Seperti sepasang kekasih yang sudah ratusan purnama tak bertemu. Atau mungkin seperti Malin Kundang yang diberi waktu sedikit...

Sunday, 2 November 2014

Perihal Jodoh

Standard
“Ceritakan padaku perihal jodoh,” kata gadis itu sambil memainkan jari tangan kekasihnya di bangku taman kota. Maka, diceritakanlah padanya sebuah kisah yang sudah lama hidup dalam tubuhnya: sewaktu mereka pertama kali bertemu, sang lelaki tak melepaskan pandangannya barang sedetik pada perempuan itu. Mereka hanya berjarak kurang lebih lima meter. Dibatasi jejeran teman-temannya yang sedang membaca...

Tuesday, 23 September 2014

Ayah dan Penghuni Pohon-Pohon Tinggi

Standard
Dimuat di Suara Merdeka edisi 14 Desember 2014 Air yang masuk membangunkanku. Awalnya kupikir sedang bermimpi, namun dingin yang tiba-tiba menyentuh tanganku yang menggantung di bibir kasur membuat aku sadar. Aku segera mengidupkan lampu, menuju ruang tamu dan berteriak memanggil ibu. Barang-barang...