Sebenarnya,
saya kurang nyaman ketika harus menuliskan ini pada Anda, Tuan. Tapi, sebagai
tetangga yang baik, saya kira, kita harus saling mengingatkan. Bukankah yang
demikian justru memererat, Tuan? Semoga tak ada bara barang sekecil apapun karenanya.
Tuan,
sesungguhnya saya terganggu dengan keributan-keributan kecil Anda tiap malam. Kaki-kaki
kecil yang berjalan, bahkan berlari kencang di atap rumah. Belum lagi, jika
Anda bertengkar dengan pasangan, suara-suara ganjil melengking yang bikin pekak
dan meremangkan kuduk di tengah malam. Kadang-kadang, ingin saya keluar dan
melerai. Tapi saya tak punya keberanian ikut campur rumah tangga orang. Menurut
saya, sebagai kepala rumah tangga, Anda pasti punya mental dan kewibawaan yang
lebih, tidak harus berteriak dengan bahasa umpatan tak jelas. Biarkan sumpah
serapah yang Anda kulum menetes, Tuan, tak perlu disembur.
Saya
memang takjub pada Tuan, yang bisa menggauli banyak betina, namun, Tuan,
keperkasaan bukan di balik kelamin atau cakar-cakar. Betina-betina itu, pada
akhirnya, menyelinap ke rumah kami. Juga beberapa tetangga lain. Ibu saya
seringkali rishi, mereka—betina yang Tuan titipkan benih itu—tak segan ke
dapur, bahkan meja makan. Mereka ambil yang disuka, padahal Ibu sudah
menyiapkan khusus untuk mereka.
Tolonglah
Tuan, ajari mereka sedikit sopan santun. Tak jarang pula, ada di antara mereka
yang masuk kamar saya, mencari kehangatan untuk benih-benih Anda. Saya tak
tega, Tuan, dan tak mungkin juga berbagi ranjang. Biasanya, jika begitu, saya
mempersilahkan mereka keluar. Tidak Tuan, saya tidak menghinakannya. Saya tahu
betul, Anda dan keluarga kesenangan Kanjeng Nabi Muhammad, mana berani saya
macam-macam.
Tapi,
saya juga ingin sedikit pengertian Tuan. Tidakkah malam indah dan tentram dalam
damai? Dan, orang-orang kelelahan memeluk lelapnya masing-masing?
Itu
saja Tuan, sekali lagi, saya tidak bermaksud lancang. Saya hanya ingin
silaturahim kita kencang dan tak berbatas tuan dan peliharaan.
Tiap hari jadi keterusan baca suratnya nih :)
ReplyDelete