Wednesday 16 November 2011

Mengenal Lebih Dekat Sosok Pak Madun

Standard

Kenapa saya posting ini ?  semuanya berawal dari kemarin waktu saya ganti foto profil di facebook dengan foto beliau, dan ternyata mendapat respon yang baik dari teman-teman di kampus juga dosen dosen, jadi saya ingin menyampaikan apa yang mungkin belum kita ketahui tentang beliau, beliau ini orang yang hebat bagi saya, dan sebelumnya perlu diketahui  ini bukan tulisan saya, ini punya temen-temen saya yang tergabung di Majalah Akhtar edisi Juni 2011, tugas mata kuliah Public Relations di Prodi Ilmu Administrasi Negara Fisip Untan, buat Maspupa, Eka Novie Diastuti, Nina Heryani dan Dian Saputra mohon maaf jika keliru menulis nama anda, terima kasih banyak tulisannya, dan buat yang lagi baca, Selamat Menikmati !

SENYUM TULUS YANG TAK PERNAH PUDAR
Setiap mahasiswa , dosen , atau pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tentu mengenal orang yang satu ini. Beliau Bernama lengkap Madun Hamid Wewang , dan akrab dipanggil dengan nama pak Madun.Pria ini lahir di Pontianak , pada tanggal 16 Agustus 1944 . Pak Madun merupakan salah satu satpam FISIP yang tentunya bertugas menjaga keamanan di FISIP . Beliau bekerja di Fakultas tersebut sejak tahun 2003 dan masih bekerja hingga saat ini . Pada awalnya , Pak madun ditawari untuk bekerja menjadi satpam di FISIP oleh salah satu dosen fakultas tersebut . Setelah menjadi satpam , gaji pertama yang diterima oleh pak Madun adalah Rp 250.000,-/bulannya . Namun setelah beberapa lama bekerja , gajinya naik hingga saat ini sebesar Rp 900.000-, . Gaji tersebut diperolehnya dari pihak fakultas .
          Mungkin sebagian orang belum mengetahui bahwa pak Madun adalah pensiunan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ( ABRI ) . Beliau mulai menjadi ABRI sejak tahun 1958 . Anak pertama dari 5 bersaudara ini juga pernah menjadi komandan regu yang bertugas memimpin dan memutasi pasukannya . Pada saat menjadi ABRI , Beliau pernah juga dimutasi ke Banjarmasin dan Malaysia pada tahun 1960 hingga 1965 . Saat ini , selain menjadi satpam di FISIP , pak Madun juga menjadi satpam di SMK Negeri 4 , dan anggota Veteran . Di SMK N 4 , pak Madun bekerja setiap hari tanpa libur sebagai penjaga malam , yaitu dari ba’da isya hingga pagi menjelang dan memperoleh gaji sebesar Rp 600.000,-/bulannya . Belum ada satupun barang yang hilang pada saat pak Madun bekerja sebagai keamanan di sana .
          “Mahasiswa di Fisip baik – baik semua sama bapak”kata pak Madun . Namun ia mengakui bahwa untuk penjagaan menyeluruh di FISIP cukup sulit karena area fakultas tersebut sangat luas dan memiliki banyak gerbang masuk . Akibatnya , masih sering terjadi kehilangan helm , bahkan motor . Inilah salah satu masalah yang juga perlu menjadi perhatian pihak kampus , bagaimana meningkatkan keamanan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini . Meskipun mengalami banyak kendala dalam bertugas , pak Madun tidak pernah sama sekali memperlihatkan wajah penat , lelah , atau bosan . Beliau selalu menampakkan wajah bahagia dengan senyum yang tidak pernah hilang . Begitulah pak Madun , tetap semangat walau mungkin kaki tuanya lelah mengayuh sepeda untuk dapat sampai di kampus . Ayah dari 3 orang anak ini memang lebih memilih menggunakan sepeda sebagai alat transportasinya . Awalnya , beliau pernah menggunakan motor untuk pergi bekerja . Namun , karena menderita penyakit paru – paru basah , maka dokter menyarankan pak Madun untuk menggunakan sepeda selama 1 bulan . Hasilnya , pak Madun jadi ketagihan dan tidak ingin lagi menggunakan motor . Padahal , terdapat 4 buah motor di rumahnya yang siap untuk digunakan .
          Lihatlah betapa mesra kebersamaan pak Madun dengan sepeda tuanya . Sepeda yang setia menemani dan menghantarkan pak Madun hingga sampai pada tujuan . Setiap hari senin hingga sabtu sepeda itu dikayuhnya dari Jalan Komyos Soedarso (depan Mitra 5000 Jeruju) dengan penuh semangat serta ditambah dengan senyum tulus di wajahnya hingga ia tiba di Jalan Sosiologi , yang tidak lain adalah  FISIP UNTAN . Lama perjalanan dari rumahnya menuju FISIP ialah sekitar 45 menit , jika tidak ada masalah seperti ban bocor dan lain sebagainya . Jika hujan kadang pak Madub berteduh terlebih dajulu , namun tak jarang ia terus mengayuh sepedanya hingga tiba dirumah dengan pakaian yang basah kuyup . Sepeda yang digunakannya itu ia miliki sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar . Tentunya beberapa perangkatnya sudah pernah mengalami penggantian .

6 comments:

  1. > top top top top abes !!!
    salut buat pak madun,, pahlawan fisip !!!
    tapi cink, liad juga ketik;kn kw t,, cz banyak huruf2 yang salah ketik,,
    tapi dari seluruh;y, TOP n KERENZ ABES !!!

    ReplyDelete
  2. itu tulisan orang, aku nd mau otak atik

    ReplyDelete
  3. mantav...
    jdi sbgai inspirasi yg sangat menarik.
    lanjutkan Gan

    ReplyDelete
  4. ooooo do, tulisan siapa tuuu ??
    kok ga da kutipannya ??

    tapi manteep yaa !!
    jadi tau siapa pak madun ..

    ReplyDelete
  5. laaah itu put, tulisan dari empat orang teman kita yang namanya tak sebutin di atas

    ReplyDelete