Wednesday, 30 November 2011

Puisi Cinta

Standard

Gue yang masih awam di dunia percintaan ini coba buat puisi analogi cinta, kalo lho mau nambahin silahkan dengan komen di bawah postingan ini, apapun itu gue terima, mari berpuisi:

 
Cinta itu ibarat bencong
Kadang di tawar, kadang menawarkan

Cinta itu ibarat bencong
Kadang menunggu, kadang ditunggu

Cinta itu ibarat bencong
Beda di luar, beda di dalam

Cinta itu ibarat bencong
Bisa menipu bisa tertipu

Cinta itu ibarat bencong
Kadang di puja, kadang di hina

Cinta itu ibarat bencong
Yang nggak jelas bentuk aslinya

Cinta itu ibarat bencong
Kadang harus hati-hati biar nggak diketahui

Cinta itu ibarat bencong
Yang kebingungan mencari sejati

Cinta itu ibarat bencong
Tampilan seksi, ternyata Laki

Cinta itu ibarat bencong
Kadang harus lari, buat selamatin diri

Cinta itu ibarat bencong
Meskipun udah ada yg boking, tetep aja dideketin

Cinta itu ibarat bencong
Ada standarisasi untuk jadi temen malam ini

Cinta itu ibarat bencong
Habis dinikmatin, lalu ditinggalin
karya : ayrak

Tuesday, 29 November 2011

Penting Gak Penting : part II

Standard

Barawal dari yang nggak penting kemaren, gue jadi keasikan buat mentingin postingin namangin masuk anginin gueing. Ribet. Gue mau lanjut tentang nama gue.

Dengan kebingungan gue manyandang nama Kristiawan Balasa ini jelas agak panjang buat dipangggil. Coba nama gue cuma Balasa, akan lebih mudah buat orang manggil nama gue, karena ya semakin panjang nama lho, akan semakin banyak dan aneh nama panggilan lho. Sekarang oleh sebagian besar temen gue, gue di panggil Wawan. Nama pasaran yang sampai dipelosok pasar Indonesia pun ada, malah sangat cocok buat nama copet pasar. Punya nama panggilan yang sama itu nggak enak banget, bingungin dan kadang malu-maluin.

Contohnya aja ya, Wawan, kalo lho panggil gue, pasti “wan” kan ?  Nah, hampir setengah juta tujuh tiga koma lima belas juta nama orang di Indonesia berakhiran “wan”. Mulai dari Ikwan, Setiawan, Marwan, Gunawan , sampai Hewan bahkan Bakwan, berakhiran wan. Entah mungkin emang nama ini nama yang populer di zamannya, atau orang tua gue yang gak kreatif.

Dulu waktu gue esde kelas empat, ada abang kelas gue namanya Erwan. Orangnya ganteng abis, karena gantengnya udah abis, dia jadi jelek. Badannya atletis, pokoknya cucok deh bo’ (apa ini ?). Jadi ada temen sekelas bang Erwan namanya Della, orangnya cantik (waktu kecil gue tau wanita sebatas cantik doang). Sehabis upacara, gue jalan lewat depan kelasnya kak Della, dari dalam kelas gue mendengar seseorang manggil nama gue,“Wan, tunggu, sama sama ke kantinnya”. Mendengar ada yang manggil nama gue, gue diem. “Kak Della manggil gue ? Gak salah ? Gue nggak mimpikan ? Beneran gue kan ? banyakan kan kan ?” Akhirnya gue tungguin Kak Della di depan pintu, gue udah pasang senyum terlebar gue sampe itu pintu tertutup bibir gue semua. Kak Della makin mendekat, dan ternyata ada Erwan nunggu di belakang gue (sekarang nggak pake bang bang lagi !). Gue malu, untung gue pake topi waktu itu, wajah gue langsung gue tutup, saking malunya hidung gue sampe ingusan, dasi merah gue jadi korban cendol kuning yang menggiurkan.

Karena nama Wawan yang pasaran, entah gue ini KW berapa, gue sempet mutusin buat ganti nama panggilan. Gue pengen di panggil Kris, tapi sumpah, ini nama nggak cocok banget buat gue, gue gak perlu kasi penjelasan, karena lho pasti udah bisa nebak alasan gue. Waktu gue kelas tiga esema, gue les di SSC, gue inget banget, waktu itu pelajaran bahasa Indonesia, guru gue ngabsen, tiap kelas jumlah siswanya nggak lebih dari 15 orang, setengah dari temen-temen gue udah diabsen, lalu guru gue manggil lagi,”Tia ?”. Semua orang di kelas pada heran, termasuk gue, karna nggak ada yang namanya Tia di kelas itu.

Lalu guru gue manggil ulang, “Tia ?  KrisTIAwan ?”
Asem. Semua temen-temen gue pada ngakak sambil nunjuk muka gue, malah ada satu yang nunjuk dan jarinya masuk ke hidung gue. Sukurin lho, emangnya enak ! hahahahaha
Dan yang paling lama ketawa disana adalah cewek gue. Malu abis men, diketawaian sama pacar sendiri, LAKI kok dipanggil Tia ? Kan nggak masuk akal.

Dan sejak saat itu akhirnya gue pasrah, mau kucing bertanduk kek, mau gajah betelor kek, mau nenek perkosa kakek kek, terserahlah, sepertinya nama panggilan gue sudah ditakdirkan Wawan, mungkin ini yang terbaik, sesuai dengan wajah gue. PUAS LHO SEMUA !

Tapi gak men, ini belum selesai. Ketika gue kuliah sekarang, karena Wan itu udah cukup menjamur dan akhirnya karatan di kampus gue. Ada beberapa temen dan senior gue yang panggil gue dengan nama Balasa. Hahaahha. Gue seneng, ini nama yang punya tanggung jawab berat menurut gue. (alasannya bisa lho liat di posting sebelumnya). Tapi entah kenapa semesta nggak pernah membiarkan gue tertawa.

Dari BALASA, nama gue diplesetin jadi BALADO. Orang dari RT nama yang nggak tau balado itu apa. Gue nyoba buat berpikir positif, mungkin karena ada taste yang berbeda dari diri gue, jadi mereka mengibaratkan gue dengan sebuah apa ya ? Balado itu sebenernya apaan sih ?

Tapi sebagai seorang mahasiswa yang rajin minta tanda tangan lebih dan sering telat  ngampus, gue nggak kehabisan akal. Dengan segenap doa, usaha, keringat dan air mata, gue berhasil mengubah Balado, menjadi sedikit lebih keren, Ado. Tapi sayang, gue cuma berhasil menghipnotis satu orang  doang, alhasil cuma dia yang panggil gue Ado, sisanya tetep Balado. Dan lagi-lagi gue pasrah.

Waktu terus berjalan, sekarang gue punya nama baru lagi, kloning dari Balasa, dibuat lebih ramping, gesit dan cocok disegala medan, perkenalkan, “BABA” *tepuk tangan riuh penonton. Untung aja men, (A) yang paling belakang gak rengkarnasi jadi (I), kalo nggak makin mengandung protein nabati nama gue.

Itu yang sejurusan, beda jurusan nama gue beda lagi. Balasa berevolusi jadi Balado dan nama jogresnya berubah lagi menjadi Acan. Lho bingung ? Gue jelasin. Acan itu lahir dari Balasa yang berubah jadi Balacan, dan akhirnya timbullah Acan.

Entahlah gue bingung, kenapa jadi aneh-aneh gini nama gue. Nggak seperti senior gue di kampus, nama Ahmad siapa gitu, tapi di panggil Alex. Dunia nggak adil. Mungkin aja kalo gue nanti jadi teroris, terus masuk jadi DPO, dibawah sketsa gambar gue akan ada :

DICARI: HIDUP ATAU SETENGAH MATI
WAWAN alias TIA alias KRIS alias BALASA alias BALADO alias ADO alias BABA alias ACAN alias KRISTIAWAN BALASA
BAGI YANG MENGETAHUI ORANG INI HARAP SEGERA MENGHUBUNGI RUMAH SAKIT JIWA TERDEKAT !

Penting gak penting: part 1

Standard
Gue lagi hotspotan, hujan dan nggak bisa pulang, gue nggak tau mesti ngapain, buka facebook bosen, isinya curhat nasional semua, mau download IDM gue lagi ngambek, terpaksa gue ngeblog. Ya..terpaksa men, gue nggak punya bahan mau nulis apaan, gue nggak tau ini bakalan jadi posting yang penting atau nggak (padahal emang nggak ada yang penting di blog ini).

Mau ngomongin apaan ya ?
oke deh, nama, menurut akte lahir gue, nama gue Kristiawan Balasa. Buat lho yang belum kenal gue, lho pasti lagi mikir......Cukup men...Cukup ! Gue tau, pasti lho mikir gue orang kristen. Bukan cuma lho, waktu pertama kali denger nama itu, gue juga bingung, perasaan waktu gue lahir gue di azan-in, tapi kok Kris ?  ya udahlah, apalah arti sebuah nama.

Tapi ternyata enggak !!
Semester tiga kemaren,  disana, di awal kelas, di bulan Juli (kalo nggak salah) semua penghuni kelas kecuali yang nggak keliatan ditanya sama dosen gue, lho tau apa pertanyaannya ? pasti nggak tau kan ? mau tau ? mau tau ? jamaaaaah ooo..jamaaah ! tunggu setelah pesan-pesan berikut ini.

Iklan pembalut:
Mbak Revalina S. Temat pake pembalut Cham, terus tidur. Tiap jam berubah posisinya, nggak bocor dan tetep putih. Ada dua kemungkinan, kalo lho pake Cham, tidur lho bakalan jadi lasak, atau memang mbak Revalina yang tidurnya lasak ? entahlah saudara-saudara.

Pertanyaannya adalah,”apa arti nama kamu ?”. Jleek ! Gue diem. Semua temen-temen dikelas gue tau arti nama mereka, ada yang namanya Nur Cahaya. Nur = cahaya, cahaya ya cahaya. Lho bisa bayangin gimana orang dengan nama itu, putih pasti dan bercahaya, tapi nggak, temen gue yang namanya Nur Cahaya itu item. Beruntung banget, wajahnya diselamatkan oleh nama. Ada lagi temen gue namanya Alip Samudera Mahesa, “Alip” maksudnya pertama, karna dia anak pertama. “Samudera” karena orang tuanya pengen punya anak yang hatinya seluas samudera. Terakhir “Mahesa”,  artinya maha satu, karena dia satu-satunya orang yang pengen namanya masuk di blog gue...hahhaha..(malu-malu lho).

Sekarang giliran dosen gue tanya arti nama gue, gue bingung, dari Kristiawan Balasa, cuma Balasanya doang yang gue tau artinya, Balasa adalah singkatan nama kakek nenek gue, nenek Bagor dan kakek Lasa. Awas ! Jangan kebalik nenek Bagor dan Kakek Lasa, bukan kakek Bagor dan nenek Lasa, walaupun terkadang gue ngerasa itu lebih cocok.  Gue keturunan Jawa men, kalo gue nyebutnya Jawa peranakan, tapi temen gue bilang gue, Jawa transmigrasi. Huh.
Karna panik, akhirnya gue coba mengartikan nama gue dengan sotoynya. Kris itu keris, ti itu berasal dari bahasa Inggris tea, jadi maksudnya teh, wan itu juga dari bahasa Inggris  one, artinya satu, jadi Kristiawan adalah Teh keris satu. Kok jadi serasa di warung ya ? Mari kita heran.

Nama adalah doa. Buat lho semua yang nggak tau arti nama lho, mending lho langsung pulang dan tanya ke orang tua lho, apa arti nama lho. Kalo nama lho nggak berarti, lho langsung aja minta nikah sama orang tua lho, biar lho bisa membuat nama yang lebih berarti.

Berhubung hujan udah agak reda, gue buru-buru cepet pulang (pemborosan kata),jadi ini baru gue posting sekarang, waktu itu jam udah nunjukin pukul 23.58. Gue nggak mau buat orang tua gue kawatir, di rumah pasti ayah gue lagi nungguin gue pulang di ruang tengah, sambil nonton tipi, walau seringnya tipi yang nonton ayah gue. hehehe. Ini bukan tentang anak mami atau apalah namanya, tapi ini tentang perasaan orang tua lho. Buat temen-temen gue yang sering pulang malen, atau kalo dibilangin jangan pulang larut malam malah pulang pagi, mungkin orang tua lho emang ngebolehin itu, tapi sebenernya tidur mereka nggak pernah sepulas ketika mereka tau kalo lho udah ada di rumah.

Friday, 18 November 2011

Lagalau

Standard



Hari ini gue ngerasa jadi remaja Indonesia seutuhnya, ya...hari ini gue galau. Padahal dalam angan gue, hari ini bakalan jadi hari yang indah buat gue. Gue bakalan seharian sama cewek gue. Cewek gue hari ini nggak kuliah, sedangkan gue kuliah cuma sampe jam 12.00. Tapi demi ketemu dia, gue rela ninggalin kuliah gue, akhirnya gue cuma kuliah di jam pertama. Disini cerita kegalauan gue bermula, jam 09.00 gue kelar kuliah, gue sms dia, “sayang, nanti kita ketemu ya”. Nggak lama cewek gue bales,” iya sayang, tapi aku mau ke kampus bentar, ada perlu sama dosen”, gue bales lagi,” oke sayang, nanti kalo udah kelar urusannya, kamu sms aku ya, kita pulang bareng”. Cewek gue bales lagi, “oke sayang, aku pergi dulu ya....muuacch”. Gue mules lagi maksudnya bales, “ oke, TitiDj sayang, muuaccchhhh”. Cewek gue bales, “mulut kamu bau sayang”. Langsung nggak gue bales ! gue diem. Bukan karna dia ngatain gue, tapi karna pulsa gue habis.
Karena nggak ada kerjaan, gue ke perpus, sambil nungguin sms dari cewek gue. Maklumlah mahasiswa rajin, tiap menjelang mid, perpus di kampus gue mendadak rame, gue nggak tau apa karna ada diskon, atau ada topeng monyet disini, atau mungkin karna ada gue, tapi menurut gue yang terakhir itu jelas nggak mungkin. Gue baca-baca buku, nggak lama hp gue geter, cewek gue nelpon.
CG      :“ haloo, ini aku yank”
Gue     :”yailah kamu, masa bambang. Kamu dimana ?”
CG      :“dihatimu, hhehe”
Gue     :“alay kamu ah, udah pulang ?”
CG      :“udah, kamu tunggu depan kampus kamu ya”
G         :”jangan sayang, jangan di depan kampusku” (dengan nada panik)
CG      :”emangnya kenapa ?” (dengan nada curiga)
G         :“pokoknya jangan lewat depan kampusku” (dengan nada Do)
CG      :“pasti kamu lagi sama cewek lain !” (dengan nada curiga 2)
G         :“nggak sayang, jalan depan kampus aku kan lagi diperbaikin, mana bisa lewat”
CG      :“oh iya ya, dodol aku yank, hhe”
G         :“emang. Aku jalan sekarang yank, assalamualaikum”.
CG      :”tuuut tuuuuut tuuuuut” (nggak ada kerjaan kali cewek gue)

Gue langsung jalan, sampai di dekat tikungan gue sama cewek gue berpaspasan dari arah yang berlawanan, dia ngeliat ke arah gue, dia senyum, gue bales nyengir. Lalu kita nikung bersama an, dia nikung ke kiri, gue nikung ke kanan, akhirnya gue searah dengan dia sekarang. Waktu gue mau ngejejerin dia, dia langsung ngebut, “wah, pasti cewek gue pengen kayak di film-film india nih, kita main kejar-kejaran dulu, lari ke lapangan, joget-jogetan, muter-muterin pohon sambil nyanyi-nyanyi, terakhir kita baring sama-sama dibawah pohon, sedangkan motor kita nyangkut di pohon”, itu khayalan gue. Cewek gue romantis! Gue seneng, semangat gue ngejar dia, meskipun jalan di kampus gue banyak lobang, nggak gue pikirin, bagi gue, rasanya itu kayak gue lagi naik kuda putih, ngejar tuan putri bersepatu kaca, berparas cantik yang bawa lari jemuran daleman gue. Gue ngejar dia sambil senyum-senyum sendiri, pokoknya aku padamu. Dikit lagi gue deket sama dia, tiba-tiba muncul seseekor yang nggak pengen gue kenal, mantan pacar cewek gue. Akhirnya apa ? dia berdua jalan berjejeran. Lho bisa bayanginkan rasanya gimana, gue udah ngebut-ngebut ngejar dia naik kuda, joget-jogetan, ngelilingin pohon sampe pusing, dan dia malah jalan berjejeran sama mantan pacarnya. Lho bisa bayanginkan rasanya gimana ? sakiiiiiiit, hati gue pilu, lebam jantung gue, kayak ditonjokin Tyson. Blaak...Blakkk..Blaak..Blakk...Bbraak!  Pelan-pelan gue jalan dibelakang dia, gue kesel sendiri, jadinya gue ngabsen binatang-binatang di bonbin, dan hari itu anjing, babi, sama buaya lagi nggak masuk. Gue harap mereka cepat sembuh. Gue bingung gue harus gimana, gue nggak punya gambaran sama sekali, di tv yang biasa gue tonton juga nggak ada. Perlu lho tau, di rumah gue cuma dapat TVRI sama KCTV, dan disini gue ngerasa banget kalo gue butuh Indosiar.
Gue bingung, motor gue bingung, Tyson juga bingung. Akhirnya gue salib dia dan ninggalin mereka. Hati gue terlalu sakit buat ngeliat itu semua. Cewek gue sadar, gue udah nggak dibelakang dia, lalu dia nelpon gue.
CG      :”halo yank, kamu dimana ?”
“Yank, jawab dong !”
“Yank, jangan gini.”
(gue belom angkat telpon)
Akhirnya gue angkat.
G         :”iya, kenapa ?”
CG      :”kamu dimana ?”
G         :”di jalan.”
CG      :”jalan mana ?”
G         :”di sutoyo, kenapa ?”
CG      :”kamu yang kenapa?”
G         :”aku nggak kenapa-kenapa, udah dulu ya, lagi nyetir motor, nanti oleng.”
            Tuuuuuut tuuuuuuuut tuuuuuuuut. (sekarang gue yg nggak ada kerjaan)

Gue lanjut jalan, pikiran gue semakin nggak karuan. Tiba-tiba mantan cowok cewek gue nyalib gue, “Akiauu, dia dia dia lagi, tunggu lho !” teriak gue dalam hati. Gue kejar dia, gue banting kiri, salib kanan, sikut belakang, standing dan terbang. Don’t try this at street. Dan akhirnya nggak terkejar. Udah. Gue bersyukur gue nggak dapet ngejar tu cowok, gue nggak mau ada keributan, gue nggak mau masuk rumah sakit jiwa lagi.
Dalam hati yang panas, gue mencoba untuk berpikiran dingin. Hati gue terbakar api cemburu, diulek bibi pecel pake cabe 3. Minumnya es teh manis yang nggak dingin dan berasa tawar. Nggak tau ini apaan.

Sampe di rumah, gue langsung hubungin cewek gue, karna pulsa gue habis, terpaksa gue nelpon dia pake telpon rumah. Gue nungguin dulu sampe ibu gue pergi, baru gue berani pake itu telpon. Ibu gue suka marah-marah nggak jelas, apalagi kalo itu menyangkut pengeluaran bulanan, dan gue nggak pengen ketangkap basah sama ibu gue lalu diawal bulan depan gue bakalan berhadapan one by one sama hulk cerewet.
Gue telpon cewek gue, nggak diangkat. Gue coba telpon lagi ada yang  angkat, dia bilang,”maaf, nomor yang anda hubungi sedang berhubungan, silahkan coba beberapa saat lagi”. Operator sedeng nih. Gue coba terus sampe empat delapan kali tetap operator sedeng itu yang angkat, malah dipercobaan gue yang kesepuluh dia bilang,” maaf, nomor yang anda hubungi sedang berhubungan, silahkan coba sekali lagi dan dapatkan payung cantik dari kami”. Aseeem.
Tiba-tiba hp gue geter, ada sms dari nomor yang nggak gue kenal, isinya, “yank, ini pacarmu, tolong isi pulsa 50 ribu di nomor baru aku ini yank, nanti uangnya aku ganti”. Gue nggak yakin ini sms dari cewek gue, emangnya gue masih o’on !  pasti ini modus penipuan baru, dulu pulsa mama, sekarang pulsa pacar. Kreatif sekali orang Indonesia.
Akhirnya setelah berhari-hari racunnya mengendap di bantal dan masuk ke tenggorokan. Gue nggak dapet kabar dari cewek gue, gue telpon tetap operator sedeng yang jawab, gue sms kadang pending kadang nggak terkirim, kadang hp gue marah karna keseringan gue pake sms. Gue udah nyari tiga kali puasa tiga kali lebaran tetep nggak ketemu, gue udah coba cek ke rumahnya ternyata cuma alamat palsu, firasat gue dia balikan lagi sama mantan pacarnya, dan gue yakin dia Toyib. Gue nyesel, kenapa gue nggak dapet waktu ngejar itu cowok, kalo aja gue dapet itu cowok, gue yakin sekarang dia bukan lagi seseekor, dia pasti jadi seseorang buat gue. Dunia emang nggak pernah ngertiin gue ! 9u3 g4LaU.
7 November 2011