Tuesday, 8 November 2011

'surat hati'

Standard
Malam ini, aku masih terjaga dari lelapku, ditemani rintikan hujan dan hawa dingin yang membuat hatiku semakin merindu, tak kuasa aku menahan air mata, mengingat semua kenangan indah kita. Terkadang aku pejamkan kedua mataku, aku rasakan ragamu tepat berada disampingku, ingin aku memelukmu, membagi semua kisah rinduku padamu. Namun, aku tersadar, dirimu hanya ilusi bagiku. Kisah kita telah terbakar kayu arang abu. Aku terdiam, senyum wajah manis yang biasa menyambut kedatanganku, senyum wajah manis yang biasa menjadi pelipur laraku, senyum wajah manis yang indahkan hariku, sudah terbang bersama tiupan abu. Melayang dan menghilang. Musnah sudah segala janji, musnah sudah semua mimpi, musnah. Tapi aku tahu, masih ada aku di hatimu, aku hanya akan kehilangan ragamu, kasih sayang dan cintamu, masih ada untuk aku. Aku yakin itu sayang. Aku yakin kepingan hatimu, masih padaku.
Sayang, bila nanti kau kembali ku miliki, aku berjanji akan selalu berusaha membahagiakanmu, membuatmu tertawa saat berada disampingku, bahkan hanya saat kau mengingatku. Dan bila hari itu datang, percaya padaku sayang, detak jantungku tak kan lebih cepat dari rasa cintaku padamu.
Sayang, malam ini aku ingin bertemu, ingin aku nikmati hangat kasihmu, lembut belaian cintamu, dan ketika aku terlelap, aku berharap untuk bisa memimpikanmu. Maaf sayang, aku merindukanmu.

Related Posts:

  • 18 Januari 2012 Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA … Read More
  • Pagi yang Lain Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE … Read More
  • Sekotak Sepi Pagi ini rindu mengetuk atap rumahku. Datang beramai-ramai. Menjinjing sekotak sepi. Oleh-oleh katanya. * “Kamu bertamu terlalu pagi rindu, bahka… Read More
  • Aku Ingin Mencintaimu dengan SederhanaAku ingin mencintaimu dengan sederhana.  Seperti saat kita punya kencan dan aku ketiduran.  Tapi, hal-hal ribet datang setelah itu. Aku… Read More
  • Truth or Dare “Kelar juga nih urusan”, kata Ambot sembari merapikan lembaran demi lembaran proposal penelitian skripsinya. “Mau kemana lagi?” Hari itu seperti bia… Read More

1 comment: